top of page

Rysa, Submissive Queen

Interviewer : Nodamerah

Interviewee : Rysa

Nodamerah acc : -

Twitter acc : @victorysa_

Hujan yang membasahi bumi selama 2 hari belakangan menunda segala rencana yang sempat terjanjikan dalam batin ini untuk ditepati. Namun ketika rintik hujan itu menjadi riuh, sekali lagi diri ini menjadi seseorang yang tak tepat janji.


Keadaan di luar sana memberikan banyak ruang dan waktu bagi pikiran berkelana dalam dimensi ide-ide untuk melihat apa yang bisa dilakukan untuk kemajuan website ini. Ketika notifikasi hape berbunyi dan aplikasi itu terbuka, bukan notifikasi itu yang membuka pintu ide, tapi postingan seseorang di platform social media itu yang membangkitkan sebuah niat.


“Kayaknya kalo interview rekan-rekan yang aktif di dunia seks dan dituangkan menjadi sebuah artikel, keren juga nih,” gumamku pada diri sendiri.


Nasib memberi angin segar, ketika akhirnya kutuangkan niatku untuk bertanya seputaran kehidupan seksualnya diamini. Ya, seperti keterangan diatas, dia Rysa, seorang praktisi BDSM dengan usia yang masih sangat muda, 20 tahun.


Aku tidak ingat kapan kami saling mengikuti, tapi gadis ini memiliki daya tarik sendiri yang membuat aku yang ingin mendalami dunia BDSM mencoba untuk meminta pendapat dan sedikit ilmu pencerahan mengenai BDSM.


“Iya, lagi santai. Kan weekend, jadi ga mengganggu,” sahut Rysa ramah ketika aku mencoba menanyakan kesediaannya untuk aku interview.

Kecanggungan sempat melandaku, namun keramahan pelajar dari kota Malang ini dalam menjawab pertanyaan membuat dunia yang dia dalami seperti dilimpahkan langsung ke dalam pandanganku.


“Kapan pertama kali mengenal dunia BDSM?” tanyaku.


Jawaban yang kuterima cukup mengejutkanku. Rysa mengenal dunia BDSM sebelum dia mendapatkan intercourse sexnya pertama kali. Ia mengaku mengenal BDSM pertama kali ketika melihat sebuah iklan yang berkaitan dengan BDSM.


Rasa penasaran ternyata membawanya jauh lebih dalam ke dunia itu dimana akhirnya ia menemukan novel tentang BDSM, hingga ia akhirnya berselancar di dunia maya untuk mencari artikel-artikel BDSM dan masuk sebuah grup BDSM yang berujung pada pertemuannya dengan seorang Dom (dom disini berarti dominan alias masternya) di Surabaya.


Ilmu-ilmu yang ia dapatkan mulai secara nyata dipraktekkan dan sejak itulah ia melihat dengan jelas bahwa dirinya adalah seorang yang submissive.


Pikiranku berkelana sejenak ketika sebuah fakta terkuak sewaktu aku menanyakan kapan Rysa pertama kali intercourse sex.


”Sesudah mengenal dunia BDSM di usia 16 tahun,” jawabnya.


“Anal, threesome, gangbang, public flashing, exhibisionist, double penetration.. yah itu seingetku yang pernah kulakukan,” sambungnya ketika kuberikan list berisi variasi sex yang pernah ia lakukan.


Entah apa yang harus kukatakan. Gadis yang saat ini belum berminat untuk menjalani hubungan hati yang serius, telah mengenal seks di usia yang masih sangat muda, bahkan sudah mempraktekkan hal-hal yang bagi sebagian orang tabu, yang bahkan mungkin hanya menjadi angan-angan saja di pikiran sebagian besar orang.


Sebagai seorang lelaki yang juga memiliki fantasi yang sama, jawaban-jawaban dari Rysa menaikkan hasratku untuk menari dalam khayalan liar.


Segelas air kuteguk yang kuharapkan dapat membasahi panasnya suasana yang tiba-tiba melanda.


“Saat ini aktifitas seksku paling seminggu 2-3 kalilah dengan Dom-ku. Itu bisa terjadi karena kebetulan ada Dom yang dekat tapi sebenernya Dom-ku yang utama itu di Jakarta,” tambahnya.


Rysa memang mengutarakan bahwa ia punya komitmen poly Dom alias bisa memiliki beberapa Dom.

“Apa kriteria lelaki yang bisa menjadi Dom-mu?” tanyaku spesifik karena Rysa sangat susah menjalin hubungan dengan perempuan, bukan karena dia tidak berani mencoba lesbian, tapi karena praktisi lesbian susah untuk ditemukan menurutnya.


”Minimal udah sering scene selama 5 tahun, preferencenya sama atau bisa mengimbangi, sangat paham dengan after carenya,” jawab Rysa.


Keliaran kembali menjalar ranah khayalku. Membayangkan bagaimana melakukan aktifitas BDSM bersama Rysa setelah apa yang ia utarakan, tentu sebuah khayal yang sangat susah untuk ditepis.


Kata hati terus menggema mengatakan bahwa gadis ini benar-benar totalitas dalam mendalami perannya sebagai seorang sub untuk urusan seks.


”Konvensional seks tanpa unsur rough atau kasar sudah ga bisa aku nikmati lagi. Aku suka main tempo dengan choke dan slap di tits, pantat atau wajah,” jelasnya


Arghhh.. gelombang kejut seketika menjalar di tubuhku ketika apa yang ia katakan seperti terpampang jelas dalam benakku. Seperti nyata adanya. Malu kuakui, aku inginkan hal itu.


”Needle play or bloody play adalah yang terekstrem yang pernah kulakukan. Golden shower sampe minumnya pun oke, tapi totally no untuk scat,” imbuhnya.

“Pengalaman paling enak itu waktu impact play, itu dapet painnya. Apalagi impactnya bisa banyak, itu enak banget,“ tutupnya.


Jika ia berada didepanku, entah apa yang akan kulakukan dan kukatakan. Pernahkah terpikirkan bahwa untuk gadis seusianya yang mungkin pada umumnya belum terjamah lelaki tapi ia sudah memiliki segudang pengalaman yang mungkin jauh lebih banyak daripada diriku.

Apa yang ia utarakan sudah jauh menembus batas terliarku. Sudah jauh melampaui singgasana yang pernah aku pikirkan. Aku sadari kini, ia tak hanya sekedar maestro, mungkin dialah ratunya. Rysa - Submissive Queen.


5,185 views10 comments

10 commentaires


hope she's stiil fine, healthy and happy . DomPutra Malang

J'aime

leotanasale0
28 nov. 2020

Kualitas yang totalitas

J'aime

Sandra Siregar
Sandra Siregar
18 mars 2020

Nama akun Twiterny?

J'aime

zeusvonpitt
zeusvonpitt
11 févr. 2020

Bisa dijelaskan istilah yang dipakai suhu😁😁😁

J'aime

Bukan Hakim roda emas
Bukan Hakim roda emas
11 févr. 2020

Loohhh interview.... emejing....naiss naiss

J'aime
bottom of page